Monday, January 14, 2013

Sukacita & Penyertaan-Nya pada sebuah Proses !


It’s a long day for me !

Tadinya aku pikir, tinggal bawa suratnya, ngasih ke bagian fisioterapi trus duduk manis sambil nungguin namaku dipanggil. Ternyata eh ternyata, prosesnya puaaaaanjang juga,..huaaaa…*cape -.-“ !*

     Begitu tiba di Rs, aku sama mama langsung nyari tante’nya mama yang kerja disana ( tujuannya biar prosesnya makin mudah, hehehe…*muke gratisan* :p ) begitu ketemu, jelasin sedikit tentang kata-kata dokter sama nyerahin surat itu ke oma ( karena dia tantenya mama, jadi kupanggil oma’lah dia :D ) setelah itu, aku sama mama tinggal ‘ngekor’ kemana oma jalan ( soalne oma yang tau selak beluk Rs itu. )

Ruang pertama : Rehabilitasi/fisioterapi !

Pertama kali masuk ke ruangan ini, jujur aja aku langsung ngakak, hahaha…:)) pas ni mata jelalatan kiri kanan, ( berharap’nya sih bertemu  dokter muda yang guantengnya kaya Lee Min Ho :p ) ternyata eh ternyata, seluruh ruangan justru dipenuhi sama para manula, a.k.a oma2 sama opa2 wkwkwkwkwk…:p *nepok jidat*

Ternyata diriku sendiri pasien yang berusia muda disitu, ( ampun dah, usia muda sakitnya versi orang lanjut usia. :p ) hahahaha…*lupakan =.= !*

Diruangan ini, sekali lagi oma berperan penting dalam hal tanya menanyai about prosesnya. Ngga lama setelah oma ngobrol sama perawat disitu, tiba-tiba aku langsung disuruh masuk ke dalam.
      Ruangannya kecil, hanya ada 4 orang disana, yang dua sedang asik ngobrol, sementara yang satu lagi sedang menjahit sesuatu pada sebuah mesin jahit ( kalo aku perhatikan kayanya yang dia jahit itulah knee decker yang bakal someday aku kenakan ? ) dan yang satunya lagi yang ngobrol sama oma tadi.
Begitu aku duduk, yang sedang menjahit itu langsung berhenti menjahit dan kemudian bertanya-tanya tentang apa dan kenapa sampai aku bisa ‘terdampar’ diruangan mereka ? :p
Dibantu mama, aku pun menjelaskan dari ‘once a upon a time’ aku sakit, sampe aku sembuh, sampai kemudian terjadi penyempitan saraf itu, dan sampai akhirnya aku ‘terdampar’ di ruangan mereka dengan sepucuk surat pengantar dari Dr. Djarot ! *rada bebusa mulutku saat menjelaskannya* hahahaha…:D

And than they say to me :
“ini tidak bisa langsung dibuatkan knee decker nya begitu aja, kita harus melihat foto ronsen dari kakinya baru bisa membuatkan knee decker yang sesuai dengan kebutuhan kakinya.”

Dalam hati aku langsung say this : “proses lagi nih kayanya? Bakal panjang ni perjalanan =.=! ”

“jadi, lebih baik lakukan foto ronsen dulu baru bawa fotonya kesini, nanti setelah itu kita akan langsung membuatkan knee decker yang sesuai.” Lanjut si perawat itu lagi.

“Tuh kan, proses lagi dah…hahaha…,”

Kemudian setelah selesai dari ruang rehabilitasi/fisioterapi, kami melanjutkan perjalanan ke ruangan selanjutnya.

Ruangan kedua : Radiologi !

Diruangan ini seperti biasa, kami pertama-tama disuruh menunggu dulu didepan sama oma, dan kemudian oma masuk dan berbincang sebentar dengan perawat didalam ruang radiologi itu. dan setelah terlihat ‘kesepakatan’ dari raut wajah oma dan perawat itu, aku dan mama kemudian disuruh masuk untuk langsung melakukan foto ronsen pada lututku.

Pas masuk, tiba-tiba aja aku kaya dibawa kembali ke masa lalu, dimana sejak usia 1-7 tahun, foto ronsen adalah aktifitas rutin yang selalu harus aku lewati. Maklum-maklum aja, sejak dokter mem’vonis ada masalah dengan tulangku, bahwa tulangku tidaklah sekuat anak-anak biasanya, dan bahwa aku memiliki penyakit yang disebut dengan kerapuhan tulang ( sejenis osteoporosis juvenil idiopatik ) sejak saat itu juga, setiap kali terjadi patah tulang pada bagian-bagian yang ada di tubuhku, aku harus melakukan foto ronsen untuk melihat seberapa parah patahan yang terjadi pada tulangku.

Dan saat ini, ketika aku harus kembali menjalani proses foto ronsen seperti dulu, ada sukacita yang luar biasa mengalir hebat didalam hatiku ( senyum2 sendiri :p ). Untuk pertama kalinya didalam hidupku, aku memasuki ruangan ini, bukan dalam keadaan patah tulang, tapi hanya karena proses pembuatan knee decker itu. Bukan berarti penyempitan yang terjadi di lututku tidak kalah penting dengan patah tulang dulu, akan tetapi jika anda pernah berada pada posisiku dulu, dimana ketika anda menginjakkan kaki diruangan itu hanya disaat anda mengalami patah tulang, dan pada akhirnya anda bisa menginjak kembali ruangan yang sama namun dengan kondisi yang berbeda, kondisi dimana aku masuk dengan keadaan ‘sehat’ ( tidak patah tulang ) melainkan hanya karena proses pembuatan knee decker, anda juga pasti bisa bersuka karenanya, seperti yang saat ini sedang aku rasakan..hehehehe…*senang* J

So.., pemotretan BondFeet ( foto tulang kaki, hahaha…:p ) akhirnya selesai dengan baik, setelah itu oma menyuruh aku dan mama bergegas pergi ke puskesmas untuk mengambil surat rujukan ( ini tujuannya untuk meringankan biaya pengobatanku, maklum pengobatannya cukup mahal boo…:D ) jadi selepas foto Pre’BondFeet itu, aku sama mama bergegas mengejar waktu untuk membuat surat rujukan di puskesmas.

Didalam angkot, mama menelpon seseorang yang masih saudara mama juga ( sodara mama banyak gunanya juga ternyata, hahaha…:p ) namanya k’uli ( I always call her like that J ) dan dengan bantuan k’uli akhirnya surat rujukan itu bisa jadi saat itu juga ( meskipun saat itu aku sama mama masih berada didalam angkot menuju ke puskesmas. ) dan ketika sampai di tempatnya k’uli ternyata eh ternyata, masih ada satu problem juga sama suratnya.

Surat rujukan yang ada ternyata ngga bisa dipake langsung ke RS umum yang saat itu aku datangi, dan hanya pada beberapa RS dimanado yang bisa. Dan nanti setelah ke RS yang menyediakan jasa layanan itu, baru akan di kasih surat rujukan lagi buat ke RS umum dimana aku berobat. ( ribet banget ngga tuh ? >.< )

Dan setelah surat yang dibuatkan oleh k’uli itu berada ditangan kami, ternyata eh ternyata lagi, salah satu RS yang tertera di surat rujukan itu, ternyata sudah menutup jasa layanan itu dikarenakan ada masalah pada sistem pembayarannya, yang pada akhirnya mengharuskan aku sama mama untuk membuat kembali surat rujukan baru untuk dipake berobat.

Dan karena saat kami tiba di puskesmas itu udah siank banget, makanya dokter disana udah pulang, yaaaangg artinya ! aku sama mama harus kembali lagi besok harinya untuk membuat surat baru, dengan nama RS baru, dan tanda tangan sang dokter di puskesmas itu. ( cetar membahana bajai dah ribetnya, =.=! )

Cape ? iya cape banget malah. Seharian berjalan mengitari RS umum yang segede itu, bolak balik ruang fisioterapi dan radiologi. Belum lagi mengejar waktu ditengah teriknya matahari demi pembuatan surat rujukan di puskesmas, yang ternyata pada akhirnya harus kembali lagi besoknya untuk membuat surat yang baru.  My life so awesome ! hahaha…:))

Namun, ditengah ‘kesesakan’ ( ce ile bahasanya haha..) yang aku rasakan saat melewati proses demi proses kesembuhan yang sedang terjadi didalam tubuhku, aku meyakini satu hal : bahwa ketika kita menjalaninya dengan sukacita dan terus mengucap syukur , maka seberat apapun, sesulit apapun keadaan dan tantangan yang ada didepan kita, kita pasti akan dimampukan untuk dapat melewatinya. J

Jangan berhenti percaya, jangan berhenti berharap, dan yang terlebih penting, jangan pernah lelah untuk mengucap syukur dan senantiasa bersukacita untuk semua hal yang sudah, sedang, dan yang akan terjadi kelak didalam kehidupan kita.
Karena apa yang terjadi didalam hidup kita, adalah pemberian dari-Nya. Dan bagiku, apapun yang Tuhan beri, itu baik adanya bagiku. J

Mungkin masih akan ada hari-hari kedepannya, dimana aku harus bolak-balik lagi di RS itu, kepanasan, mungkin juga kehujanan ? I don’t know what would happen next ? namun satu hal yang aku tahu pasti, disaat-saat seperti itulah, Tuhan dekat denganku & selalu besertaku !

Dan sama seperti yang sudah Tuhan janjikan pada Yosua, aku pun meng’imani janji-Nya itu didalam hidupku :

“…seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu…” *yosua 1:5b-6a*

Tetap kuat & teruslah mengucap syukur, that’s the key J

No comments:

Post a Comment