Kebebasan dari sebuah
kesehatan, ternyata benar-benar lebih berharga dari apapun juga. Hal itu baru
bener-bener bisa aku ngerti pas kemarin ‘tumbang’ and pure ngga bisa keluar
rumah sama sekali.
Rasanya kemarin aku hampir gila gara-gara
tu penyakit. sempat takut juga kalau itu bakal bikin aku stay @home all the
time, for the rest of my life…hahahaha…..
Setelah menanti kesembuhan selama 20 tahun untuk
bisa jalan dengan kakiku, tiba-tiba aja, sekitar 3 bulan yang lalu. Aku mulai
merasa sakit dilutut kiriku setiap kali berjalan, sebelumnya pergelangan kaki
kiriku juga sering bengkak.
Tadinya aku pikir itu normal, mungkin itu
akibat terlalu banyak jalan or berdiri. Kemudian setelah jalan satu bulan, rasa
sakit itu bukannya hilang. Tapi justru makin parah. Hal itu pun ngga bikin aku
curiga sama sekali, karena aku pikir itu masih dikarenakan aktifitas berjalan kaki
yang berlebihan.
Maklum, saat itu aku lebih banyak keluar
rumah karena mengikuti sebuah training perusahaan asuransi selama 4 hari
berturut-turut yang mengharuskanku pulang malem. Jadi aku pikir kakiku hanya
kena udara yang dingin, jadinya sering sakit.
Tapi makin lama rasanya makin sakit, jujur
saja aku itu bukan orang yang mudah mengeluh karena rasa sakit seperti itu.
jadi, emak aku tahu bener, kalau aku dah ngomong sakit. Itu artinya beneran
ngga bisa ditahan lagi. ( sumpah, sakitnya luar biasa ciiiin…=,=’’ ).
Awalnya rasa sakit itu hanya terasa saat
aku berjalan, tapi kemudian, rasa sakit itu mulai menyerang saat aku tidur. Aku
bisa tiba-tiba terbangun ditengah malam dan menangis menahan rasa sakit
dilututku itu. bukan hanya ditengah malam saja, tapi saat pagi haripun rasa
sakit itu selalu menyerang. Dan ini jelas-jelas tidak seperti biasanya.
Kalau dilihat dari sejarah penyakitku dulu
yang keseringan mengalami patah tulang, bonyokku pikir ini rasa sakit akibat
cuaca yang dingin yang menyerang bekas patahan tulang dikakiku sebelumnya. Bukankah
hal biasa kalau tulang yang pernah mengalami patahan, akan terasa sakit atau
ngilu saat cuaca dingin?
Tapi ini berbeda, rasa sakit itu tidak
berasal dari tulang kakiku. Rasa sakit itu seperti berasal dari urat, otot,
atau saraf yang ada dikakiku? Entahlah….
Jalan dua bulan, aku hanya minum obat
penghilang rasa sakit plus vitamin tulang yang aku minta dari kakak. Tapi sama
sekali ngga ada perubahan. Aku masih merasa sakit saat berjalan, saat malam,
dan saat bangun pagi. Dan karena hal itu, aku juga ngga bisa nerusin jadi agent
asuransi, padahal kode agentku udah keluar. ( ini bagian yang paling
menyedihkan dari semuanya, hiks…hiks… (!_!) )
Akhirnya kakak nyuruh aku untuk nginap
dirumahnya, biar dia bisa bawa aku ke dokter. Tapi bukannya bersemangat untuk
berobat, saat itu aku justru takut buat ketemu sama tuch dokter dan membatalkan
janji temu yang pertama, hahahaha….( aku keren kan ? Hahaha….)
Aku takut mengetahui hasil pemeriksaan
itu. bagaimana kalau dokter bilang aku ngga bisa berjalan lagi? Bagaimana kalau
dokter itu bilang, kalau kakiku udah ngga bisa sembuh? Aku ngga bisa kalau
harus kembali hidup seperti dulu, terkurung dirumah tanpa bisa berbuat apa-apa.
Haaaaa….!!!! Menakutkan…=,=’’
Kemudian, aku akhirnya berani buat berobat,
( itu pun karena takut dimarahi kakak ku. Ternyata, kakak ku itu jauh lebih
menakutkan dari rasa takutku sendiri. percaya atau tidak, dia itu adalah orang
yang paling menakutkan yang pernah aku temui, wkwkwkwk…)
Awalnya sich aku takut pas tiba ditempat
dokter itu. tapi pas udah berhadapan dengan sich dokter, aku justru jadi lancar
ngomongnya, hahaha… ( emang dasarnya aku cerewet kali ya…? Jadi saat lagi takut,
aku justru makin lancar ngomongnya. Wkwkwk…) lupakan…=,=!
And than, setelah aku ngelewatin rasa
takut yang hampir membunhuku ( lebayy…haha…), akhirnya aku tahu penyebab rasa
sakit yang luar biasa itu. Dokter Djarot…( eh aku belum bilang ya nama
dokternya? Ya udah, kenalin namanya Dokter Djarot. Orangnya ganteng and
kinclong hahahaha….)
Penyempitan saraf kaki. Itu yang
menyebabkan rasa sakit yang luar biasa saat aku berjalan. Struktur tulang dilututku
juga longgar, ( sumpah, aku ngeri saat tuch dokter menggoyang-goyangkan tulang
tempurung lututku yang longgar….ngga lagi dech hiiii….) tapi aku juga ngerasa
lucu. Apa? Longgar? Aku berasa menjadi salah satu robot di transformer…hahaha….(
sekrup ku longgar men…wkwkwk..)
Tapi itu terjadi juga bukan tanpa alasan. Akibat
seringnya mengalami patah kaki ditulang kaki dulu, lebih tepatnya pada tulang
kering di kaki kananku, yang menyebabkan kaki kananku jauh lebih pendek 2cm
dari kaki kiriku. Hal ini lah yang menyebabkan ketidak seimbangan pada kaki
kiriku dalam menopang berat badanku saat berdiri ataupun berjalan.
Itulah mengapa kaki kiriku sering bengkak
dan terasa sakit saat berjalan. ( kasihan juga ternyata kaki kiriku ini, sejak
mulai bisa berjalan kurang lebih 4 tahun yang lalu, kaki kiriku ternyata harus
bekerja jauh lebih keras dari kaki kananku…so sad…:’( ) belum lagi aku ini kan
termasuk dalam golongan gadis bertubuh subur, a.k.a tambun….ahahahhaa….
Dokter Djarot pun ngasih solusi untuk
mengurangi ‘penderitaan’ kaki kiriku itu. dia menyarankan agar aku membuat
sepatu yang sedikit lebih tinggi 2cm dari sepatu kiriku.
Nah, ini dia hal yang paling sulit. Entah kenapa
aku selalu punya masalah saat harus berbicara mengenai sepatu? Untuk usia 24
tahun, ukuran sepatuku itu jauh dari ukuran normal. 36…itupun kalau ada yang
cocok, kalo tidak pasti no 35. ( kakaku bahkan pernah membelikan sepatu flat dari
koleksi anak-anak untukku, yang diatas sepatunya tertulis dengan jelas
*****KIDS dengan warna cerah , khas anak-anak…menyedihkan plus memalukan =,=” )
tapi mau gimana lagi? Dari pada ngga pake sepatu buat ke gereja? Mau ngga mau,
terpaksa mau…
Jadi sekarang, masalahku nambah lagi kalau
mau beli sepatu. Sepatu terakhir yang
aku beli itu, sekitar 5 bulan yang lalu. Itu pun aku sama emak harus keliling
semua toko sepatu yang ada di kota untuk menemukan mana yang cocok. ( berasa
cinderella aku ya? Hahaha…)
eh pas nemu, tu sepatu keliatan dari
jaman soekarno pula. Warnanya udah bukan lagi putih, tapi agak cream. Tapi gara-gara
cuman itu yang pas, ya terpaksa diambil. Dan sialnya lagi, baru sekali aku pake
ke gereja, tau-tau udah copot semua. Bener-bener ngga beruntung aku kalau
bicara soal sepatu.
Jadi satu-satunya alternatif saat ini,
adalah mencari tempat pembuatan sepatu dan memesan langsung. Biar ngga salah
pilih, dan sesuai dengan keadaan kakiku. ( tapi sampe sekarang juga ngga
nemu-nemu tempatnya. Cape dech…=,=” )
Back to the topic, aku akhirnya lega. Ternyata
ketakutanku itu, hanyalah sebuah ketakutan kosong yang seandainya jika aku
mengikuti perasaan takut itu, maka aku selamanya akan terus menderita dan
merasakan rasa sakit.
Jadi mulai sekarang, aku akan berusaha
untuk lebih berani dalam menghadapi kenyataan, sepahit apapun itu. aku harus
tetap berdiri kuat untuk menghadapinya. Yaa…, meskipun segala hal pasti
mengandung konsekuensi, tapi jauh lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali
kan?
Dan semoga aku tetap sehat, tetap kuat,
dan semoga penyempitan saraf ini ngga terjadi lagi. AMIN !!!
No comments:
Post a Comment